Kemarin saya ditanya 2 kali tentang hidup saya. Pertama, saya ditanya apa makna hidup buat saya. Belum selesai saya memaparkan jawaban tentang apa arti hidup buat saya, saya kembali ditanyai apa filosofi hidup saya hingga saya sudah melakukan banyak hal dalam hidup saya. 2 pertanyaan ini membuat saya berpikir, sejauh apa saya memaknai hidup saya.
Jawaban pertama saya adalah hidup bagi saya adalah ujian dari Tuhan apa kita sudah menghargai kesempatan untuk merasakan menjadi makhlukNya dan bagaimana kita memahami pentingnya Tuhan bagi kita. Tuhan tak butuh apapun dari hidup kita, justru kita yang membutuhkan Tuhan. Tapi jawaban itu dianggap terlalu luas, kebanyakan orang akan menjawab serupa. Saya menjawab lagi, hidup itu adalah proses pembelajaran, yang dibatasi oleh takdir tentunya. Yah mungkin ini adalah jawaban untuk meringkas semua pemikiran saya tentang hidup. Beberapa kali saya menulis tentang hidup, memaparkan secara tidak langsung apa arti hidup menurut saya.
Saya menikmati hidup saya, setidaknya saat ini, setelah saya memahami bagaimana memaknai dan melakukan hidup dengan benar. Dan untuk mencapai itu tentu saja saya butuh proses dan pembelajaran, mengalami ini itu, yang juga bagian dari hidup. Hidup bagi saya bukan tentang apa yang kita peroleh. Hasil itu cuma tujuan yang berarti akhir. Hidup itu tentang apa yang akan kita lakukan untuk mencapai hasil itu. Beberapa kali saya membaca atau mendengar seseorang yang mengeluhkan tentang hidupnya, mengapa begini mengapa begitu bahkan pernah ada yang berkata andai dia tau bagaimana masa depannya sehingga dia tak perlu melakukan apapun yang menyusahkan hidupnya. Pesimis sekali pikir saya ? Lalu apa esensi hidup kalau kita tau begitu saja jadi apa kita 5 tahun lagi atau tau kapan kita mati ? Seperti saat kita main game, kita tau bahwa kita akan kalah, apa serunya kita main game ? Buat saya, hidup itu bukan untuk tau kapan kita mati, tapi untuk melakukan sesuatu yang berarti sebelum kita mati.
Ya memang, hidup itu simplenya kita menunggu mati. Mau apa kita ? Mau jadi apa kita ? Kalo ga mau susah – susah, ngapain hidup. Mati saja, selesai urusan. Itupun jika Tuhan mengijinkan. Hidup tanpa emosi, tanpa sesuatu yang kita hadapi agar kita belajar itu hambar. Makanya, saat suatu waktu saya menyelesaikan ujian dari Tuhan dan saya berada di zona nyaman, saya akan keluar. Mencari yang baru, mencari sesuatu untuk kembali dimaknai dan dipahami, mencari sulit, mencari tantangan. Tapi bukan berarti saya mencari masalah atau membuatnya. Saya akan keluar, mencari komunitas baru, mengenal orang baru, mencari hal baru untuk dipelajari, mencari hobi baru, membuat tujuan baru, mencoba apapun selagi saya mampu. Kalau tak begitu, saya tak belajar lebih banyak. Menulis, menggambar, mendesain, menjadi arsitek, bermain musik, bermain teater, fotografi, lomografi, photo talent, semua saya coba. Bukankah hidup di dunia tak melulu berhenti pada satu tujuan ?
Kenapa saya tak takut ? Karena saya menikmati semua proses yang saya lakukan, saya menikmati hidup saya. Dan bukankan kata menikmati itu bertentangan dengan kata takut ? Saya menikmati setiap pelajaran yang saya dapat. Seringkali saya tak mendapat pelajaran itu begitu saja. Saya harus memutar hati dan otak, mencampurkan ilmu ikhlas, sabar dan memandang dari berbagai sudut pandang untuk menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan kenapa.
Hidup bukan tentang harta, kebahagiaan, putus asa atau dendam. Hidup itu tentang apa yang kita lakukan dengan apa yang kita punya, bagaimana agar kita bahagia, mengatasi keputusasaan dan melawan dendam yang merusak diri kita. Hidup itu pemikiran kita. Saya melalui semua, dengan apapun yang saya bisa, semampu saya untuk bertahan dan bersabar, sebisa saya untuk memahami itu dari semua sudut pandang. Dan hasilnya, segudang pembelajaran saya dapat untuk lebih menghargai sekejap waktu saya di dunia untuk merasakan hidup. Saya ingin membuat hidup saya lebih bercerita.
Sekarang, setelah saya menikmati apapun dalam hidup saya, saya sangat mencintai hidup. Bahkan saya lupa kapan terakhir kali saya mengeluh tentang hidup saya. Kehilangan, pengkhianatan, kebencian, cinta, bahagia, kemarahan, semua itu bagian dari hidup saya yang sangat ajaib. Tuhan hanya memberi kita titik dimana kita berhenti pada tiap hasil. Dia membebaskan kita untuk memilih jalan apa yang kita lalui untuk menuju titik itu. Jadi saya mulai bersyukur dengan semua dan mulai mencoba berjalan dengan apapun resikonya untuk menikmati hidup saya. Sedih dan bahagia ada porsinya masing – masing. Percuma kita memprotes bahkan berteriak Tuhan tak adil, kita tak bisa menolak takdir. Lagipula kita semua tau Tuhan itu Maha Adil dan Maha Sempurna membuat skenario setiap manusia. Tinggal kita yang menentukan nasib kita. Jadi nikmati saja hidupmu, syukuri semua, pelajari apapun yang ada selagi bisa. Jadilah sesuatu di dunia, jangan hanya sekedar mengisi dunia.
Itu hidup menurut saya. Kalau menurut anda ?