Posted in just write

Sewing!

I still remember when i’m on elementary school, i played barbie but i had no clothes for her. And i thought how about make her clothes by myself? So i went to my neighbour and asked for her fabrics. I went home with some cute fabrics, and i started to made pattern for little dress. I cut it and i sew it manualy, because i can’t used my mom’s sewing machine. I learned to stitch and sew with my mom. And that’s my first fabrics artwork, little green dress for my barbie..

And when i went to junior high school, i got tutorial how to make various stitches in 2nd grade. I liked it so much. I used blue square fabric and colorfull threads. I made pattern and wrote my name on it. Unfortunatelly i lost it, i forget where i put it.

Last year, i met my friend Stephanie who made me sew again. We learned to made DIY broch from ribbon and tried to made little fabric clutch. We got the tutorial from Pinterest ( i love that site, especially DIY & fabrics board! ). We went to fabrics shop and bought some cute fabrics. She made her clutch with her sewing machine. And when she brought it to me, it’s so cute! And i thought why i don’t made one? I don’t have sewing machine, but it can’t make me stop learn to sew.

image

So i started to cut the fabrics, made a patterns, and sew it one by one. And finally i made it! Little fabrics clutch, even it not really neat. But i can learn how to made a pattern for clutch.

image

image

This year, my friend bought a new sewing machine and he teached me how to sew with sewing machine. I really enjoy it. I tried to made another clutch ( i got the tutorial from Pinterest again ) and learned how to make a simple totebag.

image

image

Few week ago, i went to Bandung with my friend for Crafty Day. There’s so much ideas i got from there. I also joined a little workshop about how to make a fabrics accecories. They teached me how to make this simple necklace from fabrics.

image

Now i love to sew more. And i plan to make more fabrics things for next month. We gonna have a bazaar and i want to sell it! I got my new hobby and why dont i make it profitable, right? 🙂

image

Posted in just a story, just write, Uncategorized

7 Tahun Lalu..

Ya, 7 tahun lalu adalah gempa 5,9Sr yang mengguncang Jogja dan membuat riuh kota sedamai Jogja. Membawa banyak jiwa kembali ke Tuhannya, diiringi air mata yang memohon mereka kembali..

Pagi itu, pukul 5 lebih. Masih sepi dan setengah tidur kudengar ibuku bertanya, “mau sarapan jg gak? Ibu mau jalan-jalan sama adik”. Aku tak menjawab, terlalu nyaman aku meringkuk dibawah selimut. Baru semalam kami sampai di Jogja. Ibu, kedua adikku dan sepupuku mengantarku yang akan memulai menuntut ilmu di Jogja. Entah sudah larut sepertinya saat kami sampai kost baruku.

Aku melanjutkan tidurku. Sepi sekali di lantai2, makin pulaslah aku. Lalu tiba-tiba aku merasa tubuhku diguncang. Aku hanya berkata, “ntar dulu.. masih ngantuk..”. Makin diguncang tubuhku, tapi aku merasa tak ada tangan yang menggoyangkan tubuhku. Setengah sadar aku berusaha berpikir keras, lalu kenapa tubuhku bisa berguncang keras? Seketika suara pecahan piring menyadarkanku. Aku terbangun dan kulihat lemari di depan mataku berguncang keras. Telingaku mulai bekerja dan mendengar gemuruh itu. Keras sekali. Seperti suara pesawat yang hendak lepas landas di atas kepalaku. Aku mencoba berdiri, tapi guncangan itu terlalu keras. Entah sudah berapa kali terjatuh, akhirnya aku mencapai tangga. Tangga curam yang sudah sulit jika dituruni saat normal. Dan aku harus menuruninya dengan guncangan sehebat itu. Benar saja, baru 3 anak tangga aku terjatuh. Sakit sekali. Sampai anak tangga terakhir, tak kulihat siapapun di lantai 1. Mungkin mereka sudah lari mencari tanah lapang, entah sejak kapan aku ditinggal sendiri. Aku mencari pintu dan aku berlari keluar. Melewati gang sempit diantara dinding tinggi yang sewaktu-waktu bisa menindihku dan membuat tulang-tulangku patah. Dibelakangku, tower setinggi entah berapa puluh meter bergoyang kencang. Seperti mencari ancang-ancang di sisi mana dia akan terjatuh. Sementara tiang-tiang listrik disampingku mengguncang kabel-kabel listrik bertegangan tinggi diatasku. Aku berlari dengan pikiran penuh ancaman mati. Dari dinding, tower dan tiang listrik berkabel. Ya Gusti.. ada apa dengan bumiMu pagi ini?

Akhirnya aku sampai di trotoar jalan. Kulihat banyak orang berlarian. Panik, menangis dan berteriak diantara suara gemuruh. Aku mulai berpikir, di mana ibuku dan adikku? Aku sendiri! Aku ikut berlari bersama orang-orang yang berteriak, “ke selatan.. gunung merapi meletus!”. Tiba-tiba kulihat mangkuk merah muda. Berguncang di bawah pohon kecil di tepi jalan. Milik adikku yang tadi dipegang ibuku. Aku mencari mereka, tapi tak kulihat satupun orang yang kukenal. Aku sendiri! Aku panik dan ingin menangis. Tapi bukan waktunya, aku harus mencari tempat yang lebih aman. Hingga akhirnya gemuruh itu berhenti. Tanah di bawah telapak kakiku tak lagi berguncang..

Aku berhenti berlari dan jatuh terduduk. Lemas, takut. Aku sendiri di kota orang, baru semalam dan aku sudah hampir mati. Duh Gusti.. ada apa dengan bumiMu?

Aku berjalan kembali ke depan gang kostku. Berharap ada orang yang kukenal kembali kesana. Dan tiba-tiba kulihat ibuku dan adikku. Keluar dari wartel sebelah. Adikku menangis, ibuku panik dan kami berpelukan. Ya Gusti.. terima kasih, masih kau beri keselamatan untuk kami ..

“Ibu baru nelpon bapakmu, tapi ga bisa. Telponnya ga bisa”, ibuku berusaha bicara tenang. Aku tak bisa berpikir. Aku hanya ingin pulang, ke rumah. Bukan di sini.

Tiba-tiba kudengar suara ambulan. Berdenging kencang. Dibelakangnya kulihat sepeda motor melaju kencang, membawa wanita tua berdarah-darah di belakangnya. Aku tersadar, ini bencana besar.. Sebesar apa? Aku butuh radio atau televisi. Tapi sepertinya listrik juga sudah padam. Guncangan sekeras itu tak mungkin membuat semuanya tetap normal.

“Ini kenapa mbak? Aku tadi malem mimpi. Jalannya rame, banyak orang nangis. Banyak orang berdarah tidur di pinggir jalan mbak. Ada yang ditaruh truk besar. Isinya orang mati banyak.”, adikku tiba-tiba bercerita. Aku terhenyak. Mungkinkah akan sama Jogja seperti mimpinya? Ya Gusti.. lindungi kami..

Aku menenangkan Ibu dan adikku, “Kita di sini aja ya. Jangan masuk dulu. Takut nanti ada gempa susulan”. Akhirnya teman-teman kost datang kembali satu-persatu. Kami menunggu aman di pinggir jalan. Masih takut. Sambil berharap siapa tau ada seseorang membawa kabar berita tentang apa yang terjadi. Semua sambungan telepon terputus. Begitu juga listrik.

Tak terlalu lama, sepupuku datang membawa mobil. Dia berlari berteriak, “Gapopo kabeh? Tempat Bu Har di tamansari gapapa. Tapi rumah tetangganya pada hancur”. Aku bergidik, ini gempa besar, berapa skala richter itu tadi?

Tiba-tiba kudengar orang berteriak sambil memacu motornya kencang, “tsunami! utara.. utara.. naik semua cepat ada tsunami!”

Ya Gusti.. ada apa lagi ini? Belum lama kami bisa mengatur nafas selepas gemuruh gempa mengguncang kami. Dan bayangan tsunami Aceh berapa tahun yang lalu tergambar dipikiranku. Akankah Jogja akan disapu air bah seperti itu?

“Ayo semua masuk mobil! kita ke arah utara. Cepat!”, sepupuku berteriak. Kami semua masuk. Mobil berkapasitas 7-8 orang itu langsung penuh terisi 10 orang. Berdesakan. Sepupuku langsung memacu mobil ke arah utara. Melewati UGM, menuju perempatan Kaliurang. Tapi jalan terlalu penuh. Orang-orang panik menuju utara. Kulihat sebuah mobil pick-up membawa jenazah seorang nenek. Badannya ditutup tikar, kaki dan jariknya terlihat berlumuran darah. Beberapa jari kakinya terlihat patah. Seorang wanita paruh baya dan laki-laki kecil di sebelahnya menangis nanar. Menatap kosong sambil menyebut nama Tuhannya. Aku bergidik ngeri, Duh Gusti.. cobaan ini begitu berat bagi kami…

Tiba-tiba seorang pria berteriak, “Airnya sudah sampai malioboro! Tsunami!!”. Kalimat itu membuat tangisan orang-orang semakin menjadi. Teriakan-teriakan saling menyahut, “Allahu Akbar!”

Aku lemas dan air mata mulai meleleh di pipiku. Jika hari ini memang ajal untuk kami, jangan pisahkan jasad kami ya Gusti. Agar mudah sanak keluarga kami mencari.. Pikiranku sudah penuh kata mati. Aku pasrah..

Duk.. duk.. duk.. “Pak tolong Pak.. kami butuh angkutan Pak.. Kami tak ada kendaraan. Kami ikut sampai atas Pak”, tiba-tiba seorang pria yang menggendong balita mengetok jendela mobil kami. Istrinya menangis di sampingnya. Ibuku tak tega lalu memerintah sepupuku, “bukain kunci pintunya, biar mereka ikut kita”. Lalu mereka masuk, 13 orang berdesakan di dalam. Menangis pasrah seakan sama-sama menanti ajal..

Lalu aku berteriak, “Radio mas! nyalakan radionya. siapa tau ada sinyal, ada berita!”.
srek.. srekk.. srek.. Susah sekali mencari radio yang tak ditinggal penyiarnya. Dan akhirnya kami mendengar suara penyiar wanita, melaporkan parahnya keadaan sekitar. Banyak rumah hancur, banyak korban meninggal dan terluka.. Besarnya gempa yang mengguncang Jogja pagi ini.. dan kebingungan tentang kebenaran kabar tsunami..

Akhirnya kalimat di radio itu membawa berita yang paling kami nanti, “Saudara-saudara diharap tenang, tsunami tidak terjadi. sekali lagi, tidak ada tsunami! Air yang menggenang di jalan adalah karena saluran air yang pecah. Jogja aman! Semua harap tidak panik dan kembali ke rumah masing-masing”

Kabar itu adalah angin sejuk bagi kami yang berdesakan di dalam mobil. Kabar gembira seolah kabar merdeka saat Indonesia berperang melawan penjajah. Kabar bahwa ajal tak lagi sedekat itu dengan kami yang belum cukup pahala untuk dibawa mati..

Akhirnya kami kembali ke kost. Menenangkan diri dan mengatur nafas. Berpikir dan menyadari bahwa diri ini memang tak siap mati dini. Terlalu banyak dosa dan kali ini Tuhan berbaik hati mengingatkan. Sudah apa kau di dunia?

Pelan akhirnya Jogja kembali tenang menjelang siang. Walau sesekali gempa berskala 3-4 Sr masih mengguncang perlahan. Tapi 1 menit diguncang 5,9 Sr sudah membuat kami mati rasa dengan gempa yang lebih kecil.

Hari itu juga kami kembali meninggalkan Jogja. Kabarnya, tak ada transportasi umum yg membawa keluar atau masuk Jogja. Telepon dan listrik juga mati. Insfrastruktur Jogja tak berdaya. Jogja lumpuh.

Ratusan bangunan ambruk. Ratusan korban berjatuhan. Yang meninggal, luka berat atau sekedar luka ringan. Tapi trauma di hati kami semua yang berada di Jogja meninggalkan luka tersendiri. Rasa mendekat pada ajal membuat kami semua tersadar begitu besar kuasa Tuhan.

Sepulang dari Jogja, aku mengalami semacam trauma ringan. Ketika kudengar sirene ambulan atau teriakan, aku akan menangis ketakutan. Dan ini berlangsung hingga beberapa minggu. Bahkan hingga beberapa bulan kemudian, aku masih bergidik ketika mendengar suara sirene ambulan. Aku membencinya. Membuatku teringat hari dimana aku berpikir mati dari pagi.

Tapi semua tak menyurutkan niatku untuk kembali ke Jogja. Beberapa bulan kemudian aku kembali ke Jogja dan menuntut ilmu di sana. Hingga kurang dari 4 tahun kemudian kudapat gelar sarjanaku di kota itu.

Dan kini 7 tahun kemudian, Jogja tetap berhati nyaman. Tetap membawa damai walau pernah memberiku sehari penuh ketakutan..

Posted in just write, lets talk about music

Bertemu Sigur Ros

The dream come true!

Melihat live performance Sigur Ros adalah sesuatu yg tak pernah saya bayangkan menjadi nyata. Membayangkan mereka memainkan distorsi dari nada minor mereka di depan saya.. memanjakan imajinasi dalam visual tak terbatas teknis.. adalah salah satu impian saya. Dan beberapa minggu yg lalu, semua tak lagi sebatas mimpi..

image

Berlebihan mungkin diksi saya. Tapi apa yg saya dapat malam itu memang berlebihan dari ekspektasi saya. Setelah penantian sekian lama, sebuah promotor baik hati mengabulkan datangnya band asal Islandia ini. Beresiko mungkin, karena memang minim penggemar. Tak seperti Muse atau Blur yg banyak dikenal. Tapi mendatangkan Sigur Ros adalah mengabulkan mimpi para penikmat post-rock. Para pemimpi dengan imajinasi liar yg tak biasa. Yang bisa terpuaskan lewat alunan distorsi karya Sigur Ros.

120 menit. Mereka bermain cahaya seiring nada. Saling menyahut dengan jernih. Titik kuning cahaya bertebaran di panggung. Cahaya besar hijau, merah, biru, putih, menerjang imajinasi. Gambar-gambar dari mimpi terproyeksi di tengah panggung. Memanjakan indra penglihatan dan pendengaran, dan hati. Seperti entah berada dimana, seakan hanya saya dan Sigur Ros di depan saya.

Semoga ini tak hanya sekali. Masih ada Indonesia dalam list tour album mereka berikutnya, Kveikur. Sigur Ros adalah pembuat realita menjadi mimpi. Pembuat damai lewat semua konsep matang dari otak kreatif dan eksekusi yang profesional. Kami menanti kalian kembali..

image

image

*saya tak banyak memotret kali ini, konser sesyahdu Sigur Ros terlalu sayang untuk disambi melakukan hal lain hehe

Posted in just write

DIY – Bed Lamp

I love all DIY things. And i got a ‘lil heaven everytime i go to Pinterest and check the DIY board. There’s so much things i wanna make.

So couple weeks ago, my husband decided to made a DIY bed lamp from a died branch. We saw a pin at Pinterest about DIY bed lamp from died branch and we wanna make one. Its quite easy, and no need expensive materials to make. Just dead branch, small wooden plat, nails, lamp (use 5watt) and some electrical equipment.

image

Because we love analogue photography so much, he gave another ‘accesories’ : some film canisters. And here is our DIY bed lamp.. so cute!

image

image

image