Posted in just write

Blue Print Masa Depan

Berapa hari yg lalu saya menonton film berjudul Inside Llewyn Davis. Cerita perjuangan seorang musisi bernama Llewyn Davis sekitar tahun 1961. Tak  mudah baginya diakui sebagai musisi karena pada masa itu musik folk hanya dianggap lagu tradisional dan mereka yang memainkannya tak disebut sebagai musisi. Sebenarnya cerita film ini memang terinspirasi dari seorang musisi folk bernama  Dave Van Ronk. Oke, saya tak akan bercerita tentang sinopsis film ini. Tapi satu part dalam film ini menggelitik saya. Ketika Llewyn Davis bertemu Jean di sebuah cafe dan mereka berdebat tentang masa depan. Jean meragukan masa depan Llewyn Davis karena ketidak berhasilannya menjadi musisi saat itu dan keadaannya yang miskin karena albumnya tak kunjung dirilis. Hidupnya berantakan, bahkan untuk tidurpun dia harus menumpang dari rumah satu teman ke rumah teman yang lain. Tapi kemudian Llewyn Davis berkata di tengah perdebatan mereka, “..no, you are fucked up. Try to make a blue print of your life..”

20140228-172750.jpg

Disini saya tergelitik. Ya, ketika kita mencoba berencana dan menjadikannya sebagai blue print hidup kita, maka kita tak akan pernah berhasil. Karena kita hanya manusia, bukan Tuhan. Bagaimana kita menjamin bahwa setiap titik masa depan akan selalu berjalan sesuai blue print kita? Sedangkan Tuhan berkuasa Di Atas sana, mengatur kita yang hanya makhluk rendahanNya.

Beberapa orang mungkin akan mati-matian membuat hidupnya sesuai dengan blue printnya. Melupakan kenyataan bahwa dia hanya bisa berencana. Mereka dengan sombongnya melupakan posisi Tuhan yang bisa berkehendak apapun. Mereka akan mengeluh dan mungkin akan mencaci Tuhannya ketika rencananya tak berjalan sesuai blue printnya. Atau mungkin akan ada yang takut melangkah. Meragukan setiap masa depan orang bahkan dirinya sendiri, lalu berhenti di titik aman hari ini. Tak berani mengambil resiko dan merasa lebih baik jika dia menikmati zona nyamannya daripada mencoba berencana.

Jadi, yang manakah kalian? Manusia pembuat blue print atau manusia dengan sejuta rencana?

Posted in just write

Mari Membicarakan Pria dan Wanita : Part 1

Jadi ini sebenernya sedikit buah mikir iseng-iseng setelah ngeliat siapapun yang jadi korban relationship karena berantem begini dan begitu. Setelah dipikir-pikir dan dipertanyakan dengan seksama sampai ke pertanyaan dengan jawaban mentok, ternyata dasar masalahnya sepele banget. Tapi jadi masalah gede karena ego masing-masing terlalu gede buat memahami sifat dasar lawan jenisnya.

Oke, ini pembicaraan yang pertama. Oh ya, gue akan selalu menyebutnya ‘rumus’. Kenapa rumus? Karena menurut gue ini semacam dasar yang ga bisa ditawar. Kalo masih ditawar dan egonya masih gede, ya berantem deh..

20140225-153057.jpg

Nah, sekarang wanita mana yang ga haus perhatian? Oke ga haus deh, tapi perlu. Sangat perlu. Ibaratnya di sebuah relationship, perhatian bagi wanita itu adalah kebutuhan primer. Bener kan, Wanita? Kadar perhatian buat tiap wanita bisa berbeda-beda. Tergantung sebesar apa dia memahami bahwa setiap pria di dunia ga bisa mencurahkan semua waktunya untuk kekasihnya. Bahkan wanita sendiri sebenernya juga ga mungkin mencurahkan seharian waktunya buat pria, ya kan?

Tapi apa yang terjadi?

Kadang wanita dengan egoisnya meminta perhatian seakan diatas segalanya. Lupa bahwa banyak hal lain yang mesti diurusin si pria selain si wanita itu sendiri. Sayangnya, ketika suatu saat si pria lagi pengen memberi perhatian ekstra buat si wanita, si wanita jadi ketagihan. Standar perhatian wanita yang biasanya di skala 75% bisa tiba-tiba jadi 90% setelah sekali waktu dapet ekstra 10%. Lalu apa? Esok harinya si wanita bakal bilang, “Kamu kok ga perhatian lagi kaya kemarin sih? Kamu berubah..”. Padahal si pria hanya mengurangi perhatian ekstra yang dia kasih di suatu waktu itu, lalu kembali ke tingkat perhatian yang normal seperti sebelum dia memberi perhatian ekstra kemarin. Wanita dengan egonya akan menaikkan standar itu begitu saja dan menuntut hal yg sama kemudian. Padahal si pria cuma sekali-kali pengen nyenengin si wanita. jadi serba salah? Iya emang..

Lain lagi dari sisi pria. Kadang si pria menganggap kebutuhan wanita akan perhatian ini sebagai ‘hal yang ngeribetin’. Seperti apa contohnya? Sms atau telpon nanya udah makan apa belum, udah nyampe rumah apa belum, udah minum  obat apa belum, dan semacamnya. Iya ini sepele. Tapi tahukah, ini adalah so sweet ( halah ) buat wanita. Itu bentuk perhatian paling sederhana yang udah bisa bikin wanita terjamin bahwa dia lagi diperhatiin. Buat yang relationshipnya masih anget sih pasti masih telaten. Tapi buat yang udah 1-2 th, ini jadi ga terlalu penting. Apa akibatnya? Si wanita akan bertanya lagi, “Kamu kok ga perhatian kaya dulu sih?”. Jadi pria, hal kecil macem ini bukan hal yg ribet sebenernya kalo dibandingkan lo harus antar jemput atau bahkan nyuapin makan si wanita 3 kali sehari. Justru ini akan membuat pria terlihat sangat perhatian. Bener kan?

Kalo wanita menjadikan perhatian sebagian kebutuhan primer, maka pria menjadikan kepercayaan sebagai kebutuhan primer. Pria paling ga bisa kalo ga dipercaya, sama seperti wanita paling ga bisa kalo ga diperhatiin. Ini udah ga bisa ditawar, saudara – saudara..

Buat pria yang ga suka ribet, dipercaya berarti ga diribetin dan ga diremehkan wanita. Pria mana yang suka dikit-dikit ditanya, “kamu makan sama sapa? Pulang sama sapa? Jam berapa?”. Parahnya ketidakpercayaan ini bisa mengarah ke-ketidakpercayaan bahwa si pria bisa menjamin masa depan si wanita. “Kalo besok aku nikah sama kamu, kamu bisa ga kamu bawa hidup yg enak ke aku?”. Kalo udah begini, dijamin pria akan ilfeel sama wanita. Dari tingkat  kepercayaan rendah seperti “ngapain sama sapa” sampe tingkat kepercayaan tinggi seperti “menjamin masa depan”, kadang wanita ga memahami bahwa terlalu banyak pertanyaan justru nunjukin semakin tinggi tingkat ketidakpercayaannya. Tapi si wanita pasti menyangkal bahwa mereka begitu karena ga percaya. Alasannya? “Make sure aja kok..”. Karena bagi wanita banyak bertanya seperti pertanyaan-pertanyaan “ngapain sama siapa” adalah wujud perhatian. Nah lo, bentrok lg kan?

Terus gimana? Jadi mari kita seimbangkan..

Pertama, wanita harus paham bahwa pria punya waktu sendiri yg bukan milik wanita. Pria masih punya waktu di hidupnya yg ga ada si wanita di dalamnya. Jadi para wanita.. jangan egois ingin menguasai hidup pria atas dasar kata perhatian. Mintalah dengan wajar dan masuk akal. Minta disuapin 3 kali sehari atau ditelepon tiap mau tidur, tiap hari, udah termasuk ga wajar. Kalo masih bingung, intinya yang ga ngerepotin dan ga ngeribetin kalo misalnya si pria minta hal yg sama ke lo.

Kedua, pria juga harus paham pentingnya perhatian buat si wanita, lakukan hal sekecil apapun untuk tetap membuat si wanita merasa terjamin bahwa dirinya selalu diperhatiin. Ga perlu telepon kalo ga ada pulsa banyak, sms juga boleh. Dan jangan gampang bikin ge-er wanita dengan terlalu sering memberi perhatian ekstra. Karena perhatian adalah candu bagi wanita, maka berikan semampu kalian sebelum wanita menuntut lebih banyak tapi kalian ga mampu memberi ekstra perhatian setiap hari. Bakal repot sendiri.

Ketiga, wanita harus paham bahwa wujud perhatian ke pria ga mesti dengan terlalu banyak bertanya, karena justru bikin pria ngerasa ga dipercaya. Pria butuh dipercaya karena mereka adalah pria. Jangan sekali-kali mengurangi tingkat kepercayaan di level terendah atau pria akan merasa diremehkan dan akan ninggalin lo.

Keempat, pria juga harus menjamin bahwa dirinya pantas dipercaya dengan tidak sering ‘menghilang’. Balik lagi ke poin kedua. Bentuk perhatian kecil tapi intens bisa membuktikan bahwa kalian bisa dipercaya.

Oke, cukup sekian pembicaraan part pertama. Nanti berapa hari lagi semoga ada niat untuk ngepost part kedua ya.. :p Semoga berhasil memahami apa arti perhatian dan kepercayaan buat pria dan wanita!